Kapan media massa berkata jujur ?

Ya mungkin ini ungkapan yang kontroversi.  Hal ini memang saya buat menjadi sebuah judul dikarenakan beberapa informasi yang disajikan oleh media massa baik yang berupa surat kabar, video, iklan, suara, dan online bersifat menjerumuskan bahkan terkadang munafik. Contoh saja ketika susno duaji bermasalah dengan bibit chandra media massa berusaha menjelek-jelekkan susno, tapi ketika susno menjadi whistler blower media massa menganggap susno bak seorang pahlawan dan institusi polri sebagai mafianya. Kemudian kasus ledakan gas elpiji 3 kg pun media seolah-olah menyerang institusi pertamina dengan memberitakan bahwa sering terjadi ledakan tabung gas. padahal faktanya yang benar adalah bahwa ledakan terjadi ketika gas dalam ruangan itu terbakar sehingga menimbulkan ledakan.

kalau tabungnya meledak ya bisa dipastikan bahwa korban akan tewas karena pasti akan terkena serpihan dari pecahan tabung. Disinilah media massa berperan penting dalam menciptakan ketakutan secara nasional bahwa yang berbahaya itu tabungnya…padahal yang berbahaya adalah isi dari tabung tersebut. Ya itu sekelumit berita yang ada dimedia massa.

Mungkin ini juga bisa disebut dengan kemunafikan yang lain. Satu contoh salah satu stasiun TV berlabel merah adakalanya (mungkin juga sering) menghujat media berlabel kuning atau sebaliknya. Mereka bangga ketika menghujat salah satu saingannya. Yang mungkin dikarenakan pemilik stasiun tv ini saling bermusuhan (mungkin kalah dalam pemilihan ketum partai). Nah kita sebagai pendengar otomatis bingung siapa yang benar ?.

Oleh karena itu lebih baik sekarang kita harus bisa memilah informasi dan memahami setiap informasi yang masuk. Karena bisa – bisa terjerumus dalam kemunafikan mereka. Memang tidak semuanya media itu munafik. Tapi dari kata tidak semuanya itu bukankah ada minimal 1 media yang munafik.

Semoga MEDIA DI NEGARA KITA bisa membangun moral, akhlak, pendidikan, ilmu pengetahuan, hiburan yang mendidik. Amin